Percobaan ke 6
Laporan
Praktikum Kimia Analitik 1
IODOMETRI
Disusun oleh :
Nama : Dyah Dwi Poerwanto
NIM : 1211704018
Kelas : Kimia III A
Kelompok : 6

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
I.
Diskusi dan Pembahasan
Pada
titrasi iodometri, titrasi reduksi oksidasinya menggunakan larutan Iodium. Titrasi
iodometri pada percobaan ini, suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium
iodide berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara jumlah oksidator) dititrasi
dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3).
Yang
pertama adalah standarisasi larutan Na2S2O3 dengan
tujuan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan Na2S2O3
yang di pakai. Logam Cu dilarutkan dalam HNO3 panas. Hal ini
dimaksudkan agar Cu cepat larut. Reaksinya
3 Cu2+
+ 2NO3+ à
Cu2+ + 2NO + 4H2O
Kemudian
ditambahkan H2SO4 untuk menghilangkan oksida nitrogen dan dipanaskan
agar uap SO3 yang sangat berbahaya itu hilang (menguap). Reaksinya
Cu2+
+ H2SO4 à
Cu2+ + SO32- + H2O
Lalu larutan
didinginkan pada suhu kamar. Penambahan H2SO4 juga sebagai pengatur pH. Hal ini
dikarenakan iodometri saat mencapai titik ekivalen reaksinya melibatkan O yang
berarti pH larutan harus dijaga karena mempengaruhi hasil reaksi. Setelah itu
larutan ditambah aquadest lalu dipanaskan kembali. Aquadest berfungsi agar
warna larutan menjadi lebih pudar karena pada saat larutan ditambah H2SO4
warnanya biru pekat, lalu ditambah aquadest menjadi biru muda. Hal ini
bertujuan untuk mempermudah melihat perubahan warna saat larutan ditambah NH3.
Setelah
ditambah aquadest, larutan ditambah NH3 untuk menetralkan larutan
dan warna larutan berubah lagi menjadi ada warna biru gelap.
Cu2+
+ NH3 à
Cu(NH3)42+
Kemudian
diasamkan lagi dengan H3PO4 dan H2SO4 dan
warna birunya sedikit hilang.
Cu(NH3)42+
+ H3PO4 à
Cu2+ + PO4 + NH4+
Selanjutnya larutan
ditambah KI untuk menghasilkan CuI dan I3.
2 Cu2+
+ 4I- à
2 CuI + I2
Setelah
penambahan KI ke dalam larutan tersebut yang telah asam, harus segera dititrasi
dengan Na2S2O3 karena tidak boleh terlalu lama
terkena udara yang akan membentuk tambahan iodium oleh reaksi sebelumnya.
I2- + 2 S2O32-
à 2I-
+ S4O62-
Kemudian
ditambah indicator amilum. Sebenarnya titrasi tidak langsung ini tidak perlu
memakai indicator namun penambahan amilum ke dalam larutan dapat membantu untuk
mempertegas perubahan warna. Penambahan amilum juga harus pada saat mendekati
titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2
yang menyebabkan sukar lepas kembali dan ini akan menyebabkan warna biru sukar
hilang sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. Selain itu, indicator
amilum berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar
pada larutan yang sedikit asam dengan adanya ion iodide.
I2 + amilum à I2 amilum
I2 amilum + 2 S2O32-
à 2I-
+ amilum + S4O62-
Kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3
sampai berwarna biru dan ditambah dengan larutan KSCN saat mendekati titik
akhir titrasi untuk melepas I2 yang terserap pada CuI dengan lapisan
CuSCN.
CuI + SCN à CuSCN + I-
Warna
larutan saat ditambah indicator amilum adalah abu-abu pekat, bukan biru. Hal
ini disebabkan ada bakteri yang memakan belerang pada saat dititrasi dengan Na2S2O3
dan belerang ini menyebabkan kekeruhan. Larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3)
tidak stabil dalam waktu lama karena bakteri yang masuk dalam larutan itu dan
proses metaboliknya mengakibatkan pembentukan SO32- dan
SO42-.
Setelah dilakukan perhitungan, konsentrasi Na2S2O3
yang telah distandarisasi adalah 0,105 M seharusnya konsentrasi Na2S2O3
adalah 0,1 M. selisihnya 0,005 M menunjukkan tingkat efisiensi standarisasi
tinggi. Kemudian pada penentuan tembaga (Cu) dalam sampel yang digunakan adalah
sampel CuSO4 karena Cu merupakan tembaga dalam larutan setelah
direaksikan dengan SO42-.
Cu2+ + SO42- à CuSO4
Setelah ditambah KI dan dititrasi dengan Na2S2O3,
warna kuningnya telah hilang sempurna (terlalu lama titrasi atau kelebihan Na2S2O3)
sehingga saat ditambah amilum dan KSCN larutan sudah tidak berwarna (bening).
Kemudian setelah dihitung, didapat konsentrasi sampel Cu adalah 0,378 M.
II.
Kesimpulan
Iodimetri merupakan titrasi reduksi oksidasi secara tak
langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada
dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau
terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodide. Pada titrasi ini
didapatkan konsentrasi larutan standar Na2S2O3
yaitu 0,105 M dan konsentrasi tembaga dalam sampel adalah 0,378 M.
Daftar Pustaka
Irjawati, Nur. 2012. Iodometri. Available at http://nurirjawati.wordpress.com/12/02/06/iodo-metri/
diakses 12/12/12 pukul 16.00
Khopkar, S.M.
1990. Konsep Dasar Ilmu Analitik.
Jakarta. UI Press
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta. UI
Press
Underwood, A.L
and Day, R.A. 1993. Analisis Kimia
Kualitatif. Jakarta. Erlangga
Wulandari,
Meyliana. 2012. Petunjuk Pratikum Kimia
Analitik. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar