Kamis, 31 Oktober 2013

Iodometri


Percobaan ke 6
Laporan Praktikum Kimia Analitik 1
IODOMETRI
Disusun oleh :
     Nama          : Dyah Dwi Poerwanto
                                    NIM            : 1211704018
                                    Kelas           : Kimia III A
                                    Kelompok   : 6

logo uin crop.jpg


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012


I.          Diskusi dan Pembahasan
Pada titrasi iodometri, titrasi reduksi oksidasinya menggunakan larutan Iodium. Titrasi iodometri pada percobaan ini, suatu larutan oksidator ditambahkan dengan kalium iodide berlebih dan iodium yang dilepaskan (setara jumlah oksidator) dititrasi dengan larutan baku natrium thiosulfat (Na2S2O3).
Yang pertama adalah standarisasi larutan Na2S2O3 dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan Na2S2O3 yang di pakai. Logam Cu dilarutkan dalam HNO3 panas. Hal ini dimaksudkan agar Cu cepat larut. Reaksinya
3 Cu2+ + 2NO3+ à Cu2+ + 2NO + 4H2O
Kemudian ditambahkan H2SO4 untuk menghilangkan oksida nitrogen dan dipanaskan agar uap SO3 yang sangat berbahaya itu hilang (menguap). Reaksinya
Cu2+ + H2SO4 à Cu2+ + SO32- + H2O
Lalu larutan didinginkan pada suhu kamar. Penambahan H2SO4 juga sebagai pengatur pH. Hal ini dikarenakan iodometri saat mencapai titik ekivalen reaksinya melibatkan O yang berarti pH larutan harus dijaga karena mempengaruhi hasil reaksi. Setelah itu larutan ditambah aquadest lalu dipanaskan kembali. Aquadest berfungsi agar warna larutan menjadi lebih pudar karena pada saat larutan ditambah H2SO4 warnanya biru pekat, lalu ditambah aquadest menjadi biru muda. Hal ini bertujuan untuk mempermudah melihat perubahan warna saat larutan ditambah NH3.
Setelah ditambah aquadest, larutan ditambah NH3 untuk menetralkan larutan dan warna larutan berubah lagi menjadi ada warna biru gelap.
Cu2+ + NH3 à Cu(NH3)42+
Kemudian diasamkan lagi dengan H3PO4 dan H2SO4 dan warna birunya sedikit hilang.


Cu(NH3)42+ + H3PO4 à Cu2+ + PO4 + NH4+
Selanjutnya larutan ditambah KI untuk menghasilkan CuI dan I3.
2 Cu2+ + 4I- à 2 CuI + I2
Setelah penambahan KI ke dalam larutan tersebut yang telah asam, harus segera dititrasi dengan Na2S2O3 karena tidak boleh terlalu lama terkena udara yang akan membentuk tambahan iodium oleh reaksi sebelumnya.
I2- + 2 S2O32- à 2I- + S4O62-
Kemudian ditambah indicator amilum. Sebenarnya titrasi tidak langsung ini tidak perlu memakai indicator namun penambahan amilum ke dalam larutan dapat membantu untuk mempertegas perubahan warna. Penambahan amilum juga harus pada saat mendekati titik akhir titrasi. Hal ini dilakukan agar amilum tidak membungkus I2 yang menyebabkan sukar lepas kembali dan ini akan menyebabkan warna biru sukar hilang sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. Selain itu, indicator amilum berperan sebagai uji kepekaan terhadap iod. Kepekaan itu lebih besar pada larutan yang sedikit asam dengan adanya ion iodide.
I2 + amilum à I2 amilum
I2 amilum + 2 S2O32- à 2I- + amilum + S4O62-
Kemudian dititrasi lagi dengan Na2S2O3 sampai berwarna biru dan ditambah dengan larutan KSCN saat mendekati titik akhir titrasi untuk melepas I2 yang terserap pada CuI dengan lapisan CuSCN.
CuI + SCN à CuSCN + I-
Warna larutan saat ditambah indicator amilum adalah abu-abu pekat, bukan biru. Hal ini disebabkan ada bakteri yang memakan belerang pada saat dititrasi dengan Na2S2O3 dan belerang ini menyebabkan kekeruhan. Larutan natrium thiosulfat (Na2S2O3) tidak stabil dalam waktu lama karena bakteri yang masuk dalam larutan itu dan proses metaboliknya mengakibatkan pembentukan SO32- dan SO42-.
Setelah dilakukan perhitungan, konsentrasi Na2S2O3 yang telah distandarisasi adalah 0,105 M seharusnya konsentrasi Na2S2O3 adalah 0,1 M. selisihnya 0,005 M menunjukkan tingkat efisiensi standarisasi tinggi. Kemudian pada penentuan tembaga (Cu) dalam sampel yang digunakan adalah sampel CuSO4 karena Cu merupakan tembaga dalam larutan setelah direaksikan dengan SO42-.
Cu2+ + SO42- à CuSO4
Setelah ditambah KI dan dititrasi dengan Na2S2O3, warna kuningnya telah hilang sempurna (terlalu lama titrasi atau kelebihan Na2S2O3) sehingga saat ditambah amilum dan KSCN larutan sudah tidak berwarna (bening). Kemudian setelah dihitung, didapat konsentrasi sampel Cu adalah 0,378 M.

II.            Kesimpulan
Iodimetri merupakan titrasi reduksi oksidasi secara tak langsung dan merupakan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I2 yang bereaksi dengan sample atau terbentuk dari hasil reaksi antara sample dengan ion iodide. Pada titrasi ini didapatkan konsentrasi larutan standar Na2S2O3 yaitu 0,105 M dan konsentrasi tembaga dalam sampel adalah 0,378 M.

Daftar Pustaka

Irjawati, Nur. 2012. Iodometri. Available at http://nurirjawati.wordpress.com/12/02/06/iodo-metri/
diakses 12/12/12 pukul 16.00
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Ilmu Analitik. Jakarta. UI Press
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta. UI Press
Underwood, A.L and Day, R.A. 1993. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta. Erlangga
Wulandari, Meyliana. 2012. Petunjuk Pratikum Kimia Analitik. Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar